Senin, 15 November 2010

puisi

Menunggu



Seandainya aku bias
Aku ingin kita kembali bersama
Menjalin sebuah cinta
Merajut kisah kasih asmara
Ohh…kasihku…
Sampai kapan aku harus menunggu
Menanti datangnya dirimu
Tuk kembali ke dalam pelukanku




Resah




Ku pandangi langit kelam
Sepi…sunyi…senyap..
Diiringi hembusan angina malam
Bersama rembulan yang kian lenyap


Kini hatiku resah
Gundah…galau dan gelisah..
Ingin ku berlari tuk dapatkan
Dekapan malam dalam kedamaian


Biarlah

Aku sudah berlari
Mengejar yang tak pasti
Mengejarmu..hanya dirimu
Tapi engkau terus pergi
Tapi engkau terus berlari
Jadi biarkanlah aku disini


Biarlah..ku rela..
Melepasmu
Meninggalkan aku
Berikanlah aku
Kekuatan
Untuk lupakanmu





Tuhan




Telah banyak dosa yang ku buat
Semua kesalah-kesalahan yang tersirat
Sudah saatnya aku bertaubat
Sebagai bekal nanti di akhirat


Oh…Tuhanku…
Hamba memohon ampun kepadamu
Dari segala dosa-dosa
Yang membawa hamba ke pintu neraka

penerapan komunikasi dalam pengorganisasian pemuda atau mahasiswa

penerapan komunikasi dalam organisasi pemuda / mahasiswa

Pendahuluan
Komunikasi adalah proses pemindahan pengertian dalam bentuk gagasan atau informasi dari seseorang ke orang lain . Komunikasi juga sebagai suatu proses dimana orang – orang bermaksud memberikan pengertian – melalui pengiringan berita secara simbolis, dapat menghubungkan para anggota berbagai satuan organisasi yang berbeda dan bidang yang berbeda pula, sehingga sering disebut rantai pertukaran informasi .

Isi
Menurut Raymond V. Lesikar beberapa faktor yang mempengaruhi efektifitas komunikasi organisasi yaitu :
Saluran komunikasi formal mempengaruhi efektifitas komunikasi dalam 2 cara . Pertama, liputan saluran formal semakin melebar sesuai perkembangan dan pertumbuhan organisasi . Sebagai contoh, komunikasi efektif biasanya semakin sulit dicapai dalam organisasi yang besar dengan cabang – cabang yang menyebar . Kedua, saluran komunikasi formal dapat menghambat aliran informasi tingkat – tingkat organisasi . Sebagai contoh, karyawan lini perakitan hampir selalu mengkomunikasikan masalah – masalah pada penyelia ( mandor ) mereka dan bukan pada manajer pabrik . Keterbatasan ini mempunyai kebaikan ( seperti menghindarkan manajer atas dari informasi yang seharusnya mereka peroleh ) .
Struktur wewenang organisasi mempunyai pengaruh yang sama terhadap efektifitas organisasi . Perbedaan kekusaan dan kedudukan ( status ) dalam organisasi akan menentukan pihak – pihak yang berkomunikasi dengan seseorang serta isi dan ketepatan komunikasi . Sebagai contoh, percakapan antara direktur perusahaan dengan karyawan akan dibatasi formalitas dan kesopanan, sehingga tidak ada pihak yang berkehendak untuk mengatakan sesuatu yang penting .
Spesialisasi jabatan biasanya akan mempermudah komunikasi dalam kelompok – kelompok yang berbeda . Para anggota suatu kelompok kerja yang sama akan cenderung berkomunikasi dengan istilah, tujuan, tugas, waktu, dan gaya yang sama . Komunikasi antara kelompok – kelompok yang sangat berbeda cenderung dihambat .
Pemilikan informasi berarti bahwa individu – individu mempunyai informasi khusus dan pengetahuan tentang pekerjaan – pekerjaan mereka . Sebagai contoh, manajer produk akan mempunyai pengamatan yang lebih tajam dalam perumusan strategi –strategi pemasaran, kepala departemen mungkin mempunyai cara tertentu yang efektif untuk menangani konflik diantara para bawahannya . Individu – individu yang memiliki informasi – informasi khusus ini dapat berfungsi efektif daripada lainnya, dan banyak diantara mereka yang tidak bersedia membagikan informasi tersebut kepada yang lain .
Ada 4 macam jaringan komunikasi, dalam jaringan ” lingkaran “, sebagai contoh, B hanya dapat berkomunikasi dengan A dan C . Untuk berkomunikasi dengan E, B,harus melalui A atau melalui C dan D . Pola “ rantai “, menunjukkan 2 bawahan ( A dan E ) yang melapor kepada atasan mereka ( B dan D ), yang selanjutnya oleh B dan D dilaporkan kepada C . Pada jaringan “ bintang “, C dapat berkomunikasi langsung dengan A, B, D, dan E, walaupun mereka ini tidak dapat berkomunikasi langsung satu sama lain . Sedangkan jaringan “ huruf Y “, bisa terdapat dalam bagian sekretariat dimana surat – surat diterima oleh E, disortir oleh D, dan didistribusikan kepada A dan B oleh C .
Komunikasi juga ada yang berupa informal yaitu adalah hal yang penting juga dalam aliran komunikasi organisasi . Tipe komunikasi informal yang paling terkenal adalah “ grapevine “ ( mendengar sesuatu bukan dari sumber resmi, tetapi dari desas – desus, kabar angin, atau “ slentingan “ ) . Di lain pihak, komunikasi “ grapevine “ mempunyai peranan fungsional sebagai alat komunikasi tambahan bagi organisasi . Banyak penelitian yang membuktikan bahwa komunikasi ini lebih cepat, lebih akurat, dan lebih efektif dalam menyalurkan informasi . Manajer harus menyadari bahwa komunikasi informal dan terutama “ grapevine “ tidak dapat dihilangkan . Bahkan, sebaiknya manajer perlu memahami dan menggunakan “ grapevine “ sebagai pelengkap komunikasi formal .
Kesimpulan
Komunikasi sangatlah diperlukan untuk seorang manajer karena dengan adanya komunikasi adalah proses dimana fungsi – fungsi manajemen seperti perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan dapat dicapai dan komunikasi merupakan para manajer mencurahkan sebagian besar proporsi waktu mereka .
Daftar Pustaka
Buku Manajemen Karangan T. Hani Handoko Universitas Gadjah Mada

penerapan motivasi pada organisasi pemuda atau mahasiswa

penerapan motivasi pada organisasi pemuda/mahasiswa

salah satu tantangan yang dihadapi oleh pimpinan dalam organisasi adalah bagaimana mereka dapat menggerakkan para pegawainya agar mau dan bersedia mengerahkan kemampuan terbaiknya untuk kepentingan organisasi. Untuk itu, seorang pimpinan harus selalu dapat memelihara semangat, kesadaran dan kesungguhan dari karyawannya untuk terus menunjukkan kinerja yang optimal. Dengan kata lain, salah satu tantangan berat bagi organisasi adalah bagaimana motivasi karyawan dapat tumbuh dan terbina dengan baik.
isi
Istilah motivasi sendiri, secara taksonomi berasal dari kata latin “movere” yang artinya bergerak. Adapun beberapa definisi tentang motivasi dapat dikemukakan dsebagai berikut :
1. Motivasi adalah proses pengembangan dan pengarahan perilaku atau kelompok, agar individu atau kelompok itu menghasilkan keluaran (output) yang diharapkan, sesuai dengan sasaran atau tujuan yang ingin dicapai organisasi.
2. Motivasi adalah daya pendorong yang mengakibatkan seorang anggota organisasi mau dan rela untuk mengerahkan kemampuan, dalam bentuk keahlian atau keterampilan, tenaga dan waktunya untuk menyelenggarakan berbagai kegiatan yang menjadi tanggungjawabnya dan menunaikan kewajibannya, dalam rangka pencapaian tujuan dan berbagai sasaran organisasi yang telah ditentukan sebelumnya .
3. …… motivation has to do with a set of independent / dependent
variable relationship that explain the direction, and persistence of individual’s behavior, holding constant the effects of attitude, skill, and understanding of the task, and the constraints operating in the environment.
4. ……..motivation primarily corcerned with : 1) what energizes human
behavior, 2) what direct or channels such behavior, and 3) how this
behavior is maintained or sustained.
kesimpulan
motivasi pada suatu organisasi sangatlah penting karena dengan motivasi maka suatu kelompok atau individu dapat bekerja sesuai yang diharapkan agar tujuan suatu organisasi tercapai.
daftar pustaka
(Ensiklopedi Manajemen, Ekonomi dan Bisnis, 1993 : 432-433).
(Siagian, 1986 : 132).
(Campbell and Pritchard dalam Steers and Porter, 1991 : 5)
(Steers and Porter, 1991 : 6)

penerapan kepemimpinan pada organisasi pemuda atau mahasiswa

Penerapan kepemimpinan pada organisasi pemuda / mahasiswa

I. Pendahuluan
Kepemimpinan adalah keterampilan yang dimiliki seseorang untuk mempengaruhi orang lain agar bekerja mencapai tujuan dan sasaran .
II. Isi
Kepemimpinan yang efektif memiliki beberapa sifat – sifat yaitu :
1. Kemampuan dalam kedudukannya sebagai pengawas ( supervisory ability ) atau pelaksanaan fungsi – fungsi dasar manajemen, terutama pengarahan dan pengawasan pekerjaan orang lain .
2. Kebutuhan akan prestasi dalam pekerjaan, mencakup pencarian tanggung jawab dan kenginan sukses .
3. Kecerdasaan, mencakup kebijakan, pemikiran kreatif, dan daya pikir .
4. Kepercayaan diri, atau pandangan terhadap dirinya sebagai kemampuan untuk mengahadapi masalah .
5. Ketegasan ( decisiveness ), atau kemampuan untuk membuat keputusan – keputusan dan memecahkan masalah – masalah dengan cakap dan tepat .
6. Inisiatif, atau kemampuan untuk bertindak tidak tergantung, mengembangkan serangkaian kegiatan dan menemukan cara – cara baru atau inovasi.

Kepemimpinan juga memiliki 2 gaya dalam berhubungan dengan bawahannya, yaitu :
1. Gaya dengan orientasi tugas ( task – oriented ) yaitu pemimpin yang mengarahkan dan mengawasi bawahannya secara tertutup untuk menjamin bahwa tugas dilaksanakan sesuai yang diinginkannya . Dengan kata pemimpin ini lebih memperhatikan pelaksanaan pekerjaan daripada pengembangan dan pertumbuhan karyawan .
2. Gaya dengan orientasi karyawan ( employee – oriented ) yaitu pemimpin yang mencoba untuk lebih memotivasi bawahan dibanding mengawasi mereka . Dengan kata lain dia mendorong para anggota kelompok untuk melaksanakan tugas – tugas dengan memberikan kesempatan bawahan untuk berpartisipasi dalam pembuatan keputusan, menciptakan suasana persahabatan serta hubungan – hubungan saling mempercayai dan menghormati dengan para anggota kelompok .
III. Penutup
Kepemimpinan yang efektif seharus memperhatikan lagi sifat – sifat serta gaya – gaya yang telah diberikan oleh para ahli agar menjadi seorang pemimpin yang baik dan benar .
IV. Daftar pustaka
Buku manajemen karangan T. HANI HANDOKO dosen fakultas ekonomi universitas gadjah mada.

penerapan pengawasan pada organisasi pemuda atau mahasiswa

Penerapan Pengawasan pada Organisasi Pemuda atau Mahasiswa

Pendahuluan
Pengorganisasian merupakan suatu bentuk dari pengaturan suatu organisasi yang dilaksanakan oleh para angotanya untuk mencapai maksud dan tujuan kelompok atau organisasi tersebut. Berbicara tentang penggerakan pada organisasi pemuda maka tentu dirasakan efek atas apa terjadi pada pergerakan organisasi pemuda dan mahasiswa yang terjadi sejak dulu. Dan dapat kita rasakan hasilnya pada saat ini.
Isi
Ada beberapa fungsi manajemen , yaitu :
1. Perencanaan (planning)
2. Pengorganisasian (organizing)
3. Penggerakan (actuating)
4. Pengawasan (controlling)
Dalam hal ini , kita akan membahas tentang pengawasan atau controlling .

Pengawasan (Controlling)
Fungsi manajemen yang sebelumnya tidak akan efektif tanpa fungsi pengawasan (controlling) atau sekarang banyak digunakan istilah pengendalian. Pengawasan adalah penemuan dan penerapan cara serta peralatan untuk menjamin bahwa rencana telah dilaksanakan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Hal ini dapat bersifat positif atau negatif. Pengawasan positif mencoba untuk mengetahui apakah tujuan organisasi dicapai dengan baik dan benar. Pengawasan negatif mencoba untuk menjamin bahwa kegiatan yang tidak diinginkan atau dibutuhkan tidak terjadi atau terulang kembali.Fungsi pengawasan pada prinsipnya sejalan dengan langkah-langkahnya yang meliputi empat unsur yaitu : 1. Penetapan standar pelaksanaan. 2. Penentuan ukuran-ukuran pelaksanaan. 3. Pengukuran pelaksanaan nyata dan membandingkannya dengan standar yang telah ditetapkan. 4. Pengambilan tindakan koreksi yang diperlukan bila pelaksanaan menyimpang dari standar (Handoko,1984:26). Fungsi pengawasan bila tidak dilakukan akan memungkinkan terjadinya kekeliruan-kekeliruan yang terus berlangsung, sehingga tiba-tiba kesalahan tersebut sudah parah dan sulit untuk diatasi. Oleh karenanya bukan hanya tujuan yang tidak tercapai namun kemungkinan dapat menimbulkan kerugian yang besar dari sebuah organisasi. Fungsi pengawasan adalah mengawasi keseluruhan dari kegiatan-kegiatan untuk menjamin atau mengusahakan agar semua berhasil sesuai dengan apa yang direncanakan. Fungsi-fungsi manajemen inilah yang harus dimiliki oleh setiap lembaga organisasi untuk merealisasikan program kerjanya dan memperbaiki kinerja organisasi. Fungsi-fungsi manajemen ini juga sangat membantu bagi setiap organisasi dalam pencapaian tujuannya secara efektif dan efisien. Pengawasan yang efektif didasarkan pada sistem informasi manajemen yang efektif. Sistem informasi manajemen dapat ditetapkan sebagai metode formal untuk memberikan informasi yang dibutuhkan oleh manajer agar dapat melaksanakan tugas secara efektif. Nilai informasi yang diberikan oleh sistem informasi manajemen bergantung pada kualitas, kuantitas, dapat diperoleh setiap saat dan relevan dengan kegiatan manajemen . Informasi yang dibutuhkan manejer berbeda-beda bergantung pada tingkat hierarki mereka. Misalnya, manajer pun membutuhkan informasi perencanaan strategi, manejer menengah membutuhkan sumber-sumber informasi baik yang berasal dari luar negeri dari dalam, manejer tingkat bawah yang berurusan dengan pengendalian operasi memerlukan informasi yang akurat dan sangat rinci, dan sebagian besar berasal dari dalam. Pengawasan yang efektif harus melibatkan semua tingkat manajer dari tingkat atas sampai bawah, dan kelompok-kelompok kerja. Konsep pengawasan efektif ini mengacu pada pengawasan mutu terpadu atau Total Quality Control (TOC). TOC sebagai suatu sistem untuk memadukan berbagai macam kualitas (pemeliharaan, perbaikan, pengembangan) produksi dan pemasarannya dengan tingkat harga yang paling ekonomis tetapi dapat memberikan kepuasan kepada pemakainya (Fattah,1996:106). Manajemen sebenarnya tidak hanya di perlukan dalam perusahaan saja, tetapi sebaliknya setiap organisasi apapun jenisnya memerlukan menajemen, baik organisasi pemerintah maupun swasta. Bahkan organisasi yang bergerak dibidang sosial dan pendidikan selalu menerapkan manajemen dalam setiap kegiatannya demi kelancaran tugas organisasi. Setiap organisasi didalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan atau dicanangkan sebelumnya, akan berhasil bila organisasi tersebut mampu membuat suatu perencanaan, mengorganisir, memberikan pengarahan-pengarahan kerja, mengkoordinir dalam usaha untuk melakukan rencana yang telah ditetapkan, serta kemampuan organisai tersebut untuk melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan kerja.Tanpa adanya suatu perencanaan yang baik, kemungkinan organisasi tersebut akan mengalami suatu kegagalan atau dalam mencapai tujuan kemungkinan akan lahir suatu hal yang tidak diharapkan, berupa adanya biaya serta tenaga yang sangat besar. Ini disebabkan karena perencanaan pada hakekatnya menetpkan apa yang akan dilakukan dari proses awal sampai kapada pencapaian hasil akhir yang memuaskan. Beberapa hal yang juga perlu diperhatikan bahwa sebagai bagian dari aktivitas dan tanggung jawab pimpinan, sasaran pengawasan adalah mewujudkan dan meningkatkan efisiensi, efektivitas, rasionalitas dan ketertiban dalam pencapaian tujuan dalan pelaksanaan tugas-tugas organisasi. Hasil pengawasan harus dijadikan masukan oleh pimpinan dalam pengambilan keputusan, untuk: pertama, menghentikan atau meniadakan kesalahan, penyimpangan, penyelewengan, pemborosan, hambatan dan ketidaktertiban. Kedua, mencegah terulangnya kembali kesalahan, penyimpangan, penyelewengan, pemborosan, hambatan dan ketidaktertiban terse but. Ketiga, mencari cara-cara yang lebih baik atau membina yang telah baik untuk mencapai tujuan dan melaksanakan tugas-tugas organisasi (Soeharyo & Effendy, 2003: 99). Dengan demikian, pengawasan baru bermakna apabila diikuti dengan langkah-langkah tindak lanjut yang nyata dan tepat. Dengan kata lain, tanpa tidak lanjut pengawasan sama sekali tidak ada artinya.
Penutup
Dalam suatu organisasi , pengawasan menjadi salah satu factor yang penting . Tanpa adanya pengawasan , maka kita tidak akan mengetahui apakah suatu organisasi yang kita jalankan itu baik atau tidak bagi semua orang .
Daftar Pustaka
http://google.com

penerapan pengawasan pada organisasi pemuda atau mahasiswa

Penerapan Pengawasan pada Organisasi Pemuda atau Mahasiswa

Pendahuluan
Pengorganisasian merupakan suatu bentuk dari pengaturan suatu organisasi yang dilaksanakan oleh para angotanya untuk mencapai maksud dan tujuan kelompok atau organisasi tersebut. Berbicara tentang penggerakan pada organisasi pemuda maka tentu dirasakan efek atas apa terjadi pada pergerakan organisasi pemuda dan mahasiswa yang terjadi sejak dulu. Dan dapat kita rasakan hasilnya pada saat ini.
Isi
Ada beberapa fungsi manajemen , yaitu :
1. Perencanaan (planning)
2. Pengorganisasian (organizing)
3. Penggerakan (actuating)
4. Pengawasan (controlling)
Dalam hal ini , kita akan membahas tentang pengawasan atau controlling .

Pengawasan (Controlling)
Fungsi manajemen yang sebelumnya tidak akan efektif tanpa fungsi pengawasan (controlling) atau sekarang banyak digunakan istilah pengendalian. Pengawasan adalah penemuan dan penerapan cara serta peralatan untuk menjamin bahwa rencana telah dilaksanakan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Hal ini dapat bersifat positif atau negatif. Pengawasan positif mencoba untuk mengetahui apakah tujuan organisasi dicapai dengan baik dan benar. Pengawasan negatif mencoba untuk menjamin bahwa kegiatan yang tidak diinginkan atau dibutuhkan tidak terjadi atau terulang kembali.Fungsi pengawasan pada prinsipnya sejalan dengan langkah-langkahnya yang meliputi empat unsur yaitu : 1. Penetapan standar pelaksanaan. 2. Penentuan ukuran-ukuran pelaksanaan. 3. Pengukuran pelaksanaan nyata dan membandingkannya dengan standar yang telah ditetapkan. 4. Pengambilan tindakan koreksi yang diperlukan bila pelaksanaan menyimpang dari standar (Handoko,1984:26). Fungsi pengawasan bila tidak dilakukan akan memungkinkan terjadinya kekeliruan-kekeliruan yang terus berlangsung, sehingga tiba-tiba kesalahan tersebut sudah parah dan sulit untuk diatasi. Oleh karenanya bukan hanya tujuan yang tidak tercapai namun kemungkinan dapat menimbulkan kerugian yang besar dari sebuah organisasi. Fungsi pengawasan adalah mengawasi keseluruhan dari kegiatan-kegiatan untuk menjamin atau mengusahakan agar semua berhasil sesuai dengan apa yang direncanakan. Fungsi-fungsi manajemen inilah yang harus dimiliki oleh setiap lembaga organisasi untuk merealisasikan program kerjanya dan memperbaiki kinerja organisasi. Fungsi-fungsi manajemen ini juga sangat membantu bagi setiap organisasi dalam pencapaian tujuannya secara efektif dan efisien. Pengawasan yang efektif didasarkan pada sistem informasi manajemen yang efektif. Sistem informasi manajemen dapat ditetapkan sebagai metode formal untuk memberikan informasi yang dibutuhkan oleh manajer agar dapat melaksanakan tugas secara efektif. Nilai informasi yang diberikan oleh sistem informasi manajemen bergantung pada kualitas, kuantitas, dapat diperoleh setiap saat dan relevan dengan kegiatan manajemen . Informasi yang dibutuhkan manejer berbeda-beda bergantung pada tingkat hierarki mereka. Misalnya, manajer pun membutuhkan informasi perencanaan strategi, manejer menengah membutuhkan sumber-sumber informasi baik yang berasal dari luar negeri dari dalam, manejer tingkat bawah yang berurusan dengan pengendalian operasi memerlukan informasi yang akurat dan sangat rinci, dan sebagian besar berasal dari dalam. Pengawasan yang efektif harus melibatkan semua tingkat manajer dari tingkat atas sampai bawah, dan kelompok-kelompok kerja. Konsep pengawasan efektif ini mengacu pada pengawasan mutu terpadu atau Total Quality Control (TOC). TOC sebagai suatu sistem untuk memadukan berbagai macam kualitas (pemeliharaan, perbaikan, pengembangan) produksi dan pemasarannya dengan tingkat harga yang paling ekonomis tetapi dapat memberikan kepuasan kepada pemakainya (Fattah,1996:106). Manajemen sebenarnya tidak hanya di perlukan dalam perusahaan saja, tetapi sebaliknya setiap organisasi apapun jenisnya memerlukan menajemen, baik organisasi pemerintah maupun swasta. Bahkan organisasi yang bergerak dibidang sosial dan pendidikan selalu menerapkan manajemen dalam setiap kegiatannya demi kelancaran tugas organisasi. Setiap organisasi didalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan atau dicanangkan sebelumnya, akan berhasil bila organisasi tersebut mampu membuat suatu perencanaan, mengorganisir, memberikan pengarahan-pengarahan kerja, mengkoordinir dalam usaha untuk melakukan rencana yang telah ditetapkan, serta kemampuan organisai tersebut untuk melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan kerja.Tanpa adanya suatu perencanaan yang baik, kemungkinan organisasi tersebut akan mengalami suatu kegagalan atau dalam mencapai tujuan kemungkinan akan lahir suatu hal yang tidak diharapkan, berupa adanya biaya serta tenaga yang sangat besar. Ini disebabkan karena perencanaan pada hakekatnya menetpkan apa yang akan dilakukan dari proses awal sampai kapada pencapaian hasil akhir yang memuaskan. Beberapa hal yang juga perlu diperhatikan bahwa sebagai bagian dari aktivitas dan tanggung jawab pimpinan, sasaran pengawasan adalah mewujudkan dan meningkatkan efisiensi, efektivitas, rasionalitas dan ketertiban dalam pencapaian tujuan dalan pelaksanaan tugas-tugas organisasi. Hasil pengawasan harus dijadikan masukan oleh pimpinan dalam pengambilan keputusan, untuk: pertama, menghentikan atau meniadakan kesalahan, penyimpangan, penyelewengan, pemborosan, hambatan dan ketidaktertiban. Kedua, mencegah terulangnya kembali kesalahan, penyimpangan, penyelewengan, pemborosan, hambatan dan ketidaktertiban terse but. Ketiga, mencari cara-cara yang lebih baik atau membina yang telah baik untuk mencapai tujuan dan melaksanakan tugas-tugas organisasi (Soeharyo & Effendy, 2003: 99). Dengan demikian, pengawasan baru bermakna apabila diikuti dengan langkah-langkah tindak lanjut yang nyata dan tepat. Dengan kata lain, tanpa tidak lanjut pengawasan sama sekali tidak ada artinya.
Penutup
Dalam suatu organisasi , pengawasan menjadi salah satu factor yang penting . Tanpa adanya pengawasan , maka kita tidak akan mengetahui apakah suatu organisasi yang kita jalankan itu baik atau tidak bagi semua orang .
Daftar Pustaka
http://google.com

penerapan pengerakan pada organisasi pemuda atau mahasiswa

Penerapan Pergerakan Pada Organisasi Pmuda/Mahasiswa
 
PENDAHULUAN 
Gerakan mahasiswa di Indonesia adalah kegiatan kemahasiswaan yang ada di dalam maupun di luar perguruan tinggi yang dilakukan untuk meningkatkan kecakapan, intelektualitas dan kemampuan kepemimpinan para aktivis yang terlibat di dalamnya.
Dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia, gerakan mahasiswa seringkali menjadi cikal bakal perjuangan nasional, seperti yang tampak dalam lembaran sejarah bangsa.


 ISI
Sangat Menarik jika kita berbicara tentang mahasiswa, karena mahasiswa adalah predikat yang amat “eksklusif”. Disebut eklsusif karena mahasiswa adalah sosok yang istimewa dipandang dari sudut apapun dan dari manapun serta mempunya cerita yang istimewa dari masa ke masa, baik di Negara maju maupun di Negara berkembang begitu juga halnya dengan mahasiswa di Indonesia.
Di Indonesia sendiri mahasiswa mempunyai peranan penting dalam mengubah sejarah kebangsaan dan perjalanan demokrasi. Catat saja bagaimana peranan mahasiswa mampu merubah wajah perpolitikan saat ini yaitu dengan Gerakan reformasinya. Jauh beberapa tahun kebelakang kita mengenal angkatan gerakan kemahsiswaan dengan segala momentum sejarah kebangsaan di tanah air.

Pertama, mahasiswa dituntut untuk sadar akan tujuan awal dari pada pendidikan yang sedang digeluti. Pendidikan tak lain bertujuan untuk mensejahterkan dan mengembangkan masyarakat (community development).
Dalam dunia pendidikan saat ini, ribuan dan bahkan jutaan mahasiswa yang memiliki kecerdasan luar biasa, memiliki prestasi yang menggunung dan motivasi serta etika yang membanggakan. Mereka adalah generasi muda yang kreatif, inovatif dan bahkan visioner yang siap menjadi pionir di bidangnya masing-masing.
Pada pundak mahasiswa nasib rakyat dipertaruhkan. Lantas apa yang harus menjadi ikon utama dari visi misi eksistensi pergerakan mahasiswa saat ini agar benar-benar mampu merealisasikan harapan dan mimpi-mimpi rakyat?

Setidaknya, dalam gelora pergerakan mahasiswa harus mencerminkan beberapa bentuk sebagai penopang pergerakan yang akan dilakoni. Pertama: intelektualitas. Mahasiswa adalah kaum terpelajar yang dituntut bersikap rasional, arif dan bijak. Tidak anarkis karena bahasa kekerasan tidak pernah diajarkan dalam lingkungan kaum akademisi. Kekerasan, dalam kamus apapun, tidak akan pernah ditulis sebagai jalan yang harus ditempuh, kecuali kamus bangsa Barbar yang hobi perang.

Kedua: orientasi dan kultur. Hal ini penting sebagai rujukan untuk mentransendensikan hati nurani mahasiswa, bagaimana gerakan mahasiswa tidak lagi bersifat ritual temporal melainkan ikut membantu masyarakat terhadap problem-problem yang mengakar demi menciptakan kehidupan yang lebih baik di masa depan (future orientation).

Ketiga: program gerakan mahasiswa yang bermakna strategis-taktis. Dalam artian, apa yang menjadi primary meaning harus benar-benar dimaksimalkan. Jangan sampai gerakan mahasiswa hanya menjadi suguhan tarian semata, akan tetapi dapat merubah kebijakan-kebijakan yang kurang tepat untuk rakyat.


KESIMPULAN 
Dengan demikian, dari apa yang udah di bahas di atas disimpulkan bahwa penerapan pergerakan pada mahasiswa  itu sangat penting fungsinya untuk mengembangkan keterampilan-keterampilan mahasiswa dalam berorganisasi agar bisa atau berani  menjadi seorang pemimpin dalam suatu organisasi.


DAFTAR ISI 
www.google.com
www.wikipedia.com

penerapan perencanaan pada organisasi pemuda atau mahasiswa

Penerapan Perencanaan Pada Organisasi Pemuda atau Mahasiswa

Penerapan Perencanaan Pada Organisasi Mahasiswa

1. Pendahuluan
Penerepan perencanaan pada organisasi kemahasiswaan di Perguruan Tinggi adalah wahana dan sarana pengembangan diri kearah perluasan wawasan dan peningkatan kecendikiawanan serta integritas kepribadian. Adapun kegiatan yang dilakukan berupa kegiatan kurikuler dan ekstra kurikuler. Kegiatan kurikuler, antara lain meliputi perkuliahan, praktikum, praktek kerja lapangan, dan lain-lain yang pada umumnya adalah wajib sifatnya. Sedangkan kegiatan ekstra kurikuler, yaitu kegiatan kemahasiswaan seperti himpunan mahasiswa, badan eksekutif mahasiswa, parlemen mahasiswa, unit kegiatan mahasiswa (UKM) dan Sub.UKM. Merupakan hak mahasiswa untuk mendapatkan perlakukan sesuai dengan bakat, minat dan kemampuan yang diikutinya yang mendapatkan prioritas pembinaan, penyaluran dan pengembangan.
Perencanaan adalah proses yang tidak berakhir bila rencana tersebut telah ditetapkan, rencana harus diimplementasikan . Setiap saat selama proses implimentasi dan pengawasan, rencana – rencana memerlukan modifikasi agar tetap berguna . “Perencanaan kembali” kadang – kadang dapat menjadi faktor kunci pencapaian sukses akhir . Oleh karena itu perencanaan harus mempertimbangkan kebutuhan fleksibilitas, agar mampu menyesuaikan diri dengan situasi dan kondisi baru secepat mungkin .
2. Isi
Dalam hal ini kita mencoba membahas tentang perencanaan pada organisasi mahasiswa. Mahasiswa dalam hal hubungan masyarakat ke pemerintah dapat berperan sebagai kontrol politik, yaitu mengawasi dan membahas segala pengambilan keputusan beserta keputusan-keputusan yang telah dihasilkan sebelumnya. Mahasiswa pun dapat berperan sebagai penyampai aspirasi rakyat, dengan melakukan interaksi sosial dengan masyarakat dilanjutkan dengan analisis masalah yang tepat maka diharapkan mahasiswa mampu menyampaikan realita yang terjadi di masyarakat beserta solusi ilmiah dan bertanggung jawab dalam menjawab berbagai masalah yang terjadi di masyarakat.Mahasiswa dalam hal hubungan pemerintah ke masyarakat dapat berperan sebagai penyambung lidah pemerintah. Mahasiswa diharapkan mampu membantu menyosialisasikan berbagai kebijakan yang diambil oleh pemerintah. Tak jarang kebijakan-kebijakan pemerintah mengandung banyak salah pengertian dari masyarakat, oleh karena itu tugas mahasiswalah yang marus “menerjemahkan” maksud dan tujuan berbagai kebijakan kontroversial tersebut agar mudah dimengerti masyarakat.
Manfaat Perencanaan :
1. Membantu manajemen untuk menyesuaikan diri dengan perubahan – perubahan lingkungan .
2. Meminimumkan pekerjaan yang tidak pasti .
3. Membantu penempatan tanggung jawab lebih tepat .
4. Menghemat waktu, usaha, dan dana .
Kelemahan Perencanaan
1. Pekerjaan yang tercakup dalam perencanaan mungkin berlebihan pada kontribusi nyata .
2. Perencanaan cenderung menunda kegiatan .
3. Perencanaan mungkin terlalu membatasi manajemen untuk berinisiatif dan berinovasi .
4. Kadang – kadang hasil yang paling baik didapatkan oleh penyelesaian situasi individual dan penanganan setiap masalah pada saat masalah tersebut terjadi .
3.Kesimpulan
Mahasiswa harus memiliki sense of crisis yaitu peka dan kritis terhadap masalah-masalah yang terjadi di sekitarnya saat ini. Hal ini akan tumbuh dengan sendirinya bila mahasiswa itu mengikuti watak ilmu, yaitu selalu mencari pembenaran-pembenaran ilmiah. Oleh karena itu perencanaan tidak hanya seharusnya dilakukan, tetapi harus dilakukan.
Organisasi merupakan sistem yang kompleks dan multidimensi, dalam hal ini dituntut kemampuan pengelolaan menghadapi dan mengatasi bermacam tantangan atau hambatan dan perubahan baik dari dalam maupun dari luar. Semakin kritis dan dinamis kehidupan kampus, semakin cepat dan besar terjadinya perubahan, berarti strategi-strategi yang tepat sangat diharapkan sekali.
4.Daftar Pustaka
http://impijatengdiy.com
http://eprints.undip.ac.id
http://geowana.wordpress.com

Jumat, 29 Oktober 2010

perencannaan organisasi pada mahasiswa

Penerapan pengorganisasian pada organisasi pemuda / mahasiswa

I. Pendahuluan

Pengorganisasian adalah suatu cara dalam mana kegiatan organisasi dialokasikan dan ditugaskan diantara para anggotanya agar tujuan organisasi dapat tercapai dengan efisiensi .

II. Isi

Pengorganisasian juga bisa disebut sebagai proses untuk merancang struktur formal, mengelompokkan dan mengatur serta membagi tugas – tugas atau pekerjaan diantara para anggota organisasi, agar tujuan organisasi dapat dicapai dengan efisien . Proses pengorganisasian dapat ditunjukkan dengan tiga langkah prosedur berikut ini :
1. Pemerincian seluruh pekerjaan yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan organisasi .
2. Pembagian beban pekerjaan total menjadi kegiatan – kegiatan yang secara logik dapat dilaksanakan oleh satu orang . Pembagian kerja sebaliknya tidak terlalu berat sehingga tidak dapat diselesaikan, atau terlalu ringan sehingga ada waktu menganggur, tidak efisien dan terjadi biaya yang tidak perlu .
3. Pengadaan dan pengembangan suatu mekanisme untuk menkoordinasikan pekerjaan para anggota organisasi menjadi kesatuan yang terpadu dan harmonis . Mekanisme pengkoordinasian ini akan membuat para anggota organisasi menjaga perhatiannya pada tujuan organisasi dan mengurangi ketidak-efisiensi dan konflik – konflik yang merusak .
Pelaksanaan proses pengorganisasian yang sukses, akan membuat suatu organisasi dapat mencapai tujuannya . Proses ini akan tercermin pada struktur organisasi, yang mencakup aspek – aspek penting organisasi dan proses pengorganisasian, yaitu :
1. Pembagian kerja adalah pemerincian tugas tugas pekerjaan agar setiap individu dalam organisasi bertanggung jawab untuk dan melaksanakan sekumpulan kegiatan yang terbatas .
2. Departemtalisasi adalah pengelompokkan kegiatan – kegiatan kerja suatu organisasi agar kegiatan – kegiatan yang sejenis dan saling berhubungan dapat dikerjakan bersama .

III. Penutup

Pengorganisasian juga sangatlah penting dalam suatu kegiatan organisasi karena pengorganisasian merupakan suatu cara untuk penyusunan struktur organisasi yang sesuai dengan tujuan organisai, sumber daya yang dimilikinya, dan lingkungan yang melingkupinya .

IV. Daftar pustaka

Buku manajemen karangan T. HANI HANDOKO dosen fakultas ekonomi universitas gadjah mada.

penerapan pada organissasi di mahasiswa

Penerapan pengorganisasian pada organisasi pemuda / mahasiswa

I. Pendahuluan

Pengorganisasian adalah suatu cara dalam mana kegiatan organisasi dialokasikan dan ditugaskan diantara para anggotanya agar tujuan organisasi dapat tercapai dengan efisiensi .

II. Isi

Pengorganisasian juga bisa disebut sebagai proses untuk merancang struktur formal, mengelompokkan dan mengatur serta membagi tugas – tugas atau pekerjaan diantara para anggota organisasi, agar tujuan organisasi dapat dicapai dengan efisien . Proses pengorganisasian dapat ditunjukkan dengan tiga langkah prosedur berikut ini :
1. Pemerincian seluruh pekerjaan yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan organisasi .
2. Pembagian beban pekerjaan total menjadi kegiatan – kegiatan yang secara logik dapat dilaksanakan oleh satu orang . Pembagian kerja sebaliknya tidak terlalu berat sehingga tidak dapat diselesaikan, atau terlalu ringan sehingga ada waktu menganggur, tidak efisien dan terjadi biaya yang tidak perlu .
3. Pengadaan dan pengembangan suatu mekanisme untuk menkoordinasikan pekerjaan para anggota organisasi menjadi kesatuan yang terpadu dan harmonis . Mekanisme pengkoordinasian ini akan membuat para anggota organisasi menjaga perhatiannya pada tujuan organisasi dan mengurangi ketidak-efisiensi dan konflik – konflik yang merusak .
Pelaksanaan proses pengorganisasian yang sukses, akan membuat suatu organisasi dapat mencapai tujuannya . Proses ini akan tercermin pada struktur organisasi, yang mencakup aspek – aspek penting organisasi dan proses pengorganisasian, yaitu :
1. Pembagian kerja adalah pemerincian tugas tugas pekerjaan agar setiap individu dalam organisasi bertanggung jawab untuk dan melaksanakan sekumpulan kegiatan yang terbatas .
2. Departemtalisasi adalah pengelompokkan kegiatan – kegiatan kerja suatu organisasi agar kegiatan – kegiatan yang sejenis dan saling berhubungan dapat dikerjakan bersama .

III. Penutup

Pengorganisasian juga sangatlah penting dalam suatu kegiatan organisasi karena pengorganisasian merupakan suatu cara untuk penyusunan struktur organisasi yang sesuai dengan tujuan organisai, sumber daya yang dimilikinya, dan lingkungan yang melingkupinya .

IV. Daftar pustaka

Buku manajemen karangan T. HANI HANDOKO dosen fakultas ekonomi universitas gadjah mada.

Rabu, 20 Oktober 2010

ilmu manajement di dunia kerja

Pendahuluan :  setelah kita mempelajari ilmu manajement di kuliah kita. tentu saja kita bertanya tanya, untuk apa sih kita mempelajari ilmu manajement, apa fungsi nya untuk kehidupan kita ? seperti yang kita ke tahui bahwa ilmu manajemen ada lah ilmu tentang sosial ilmu yang mempelajari kehidupan sehari hari, ilmu tentang merencanakaaan mengorganisasikan mengatur DLL...
pada materi kali ini saya akan membahas tentang fungsi manajemen di dunia kerja ....

ISI
seperti yang sudah kita ketahui manajemen yang berarti mengatur, penerapan manajemen sangat penting untuk dunia usaha untuk perencanaan, pengorganisaian, pengordinasian, dan pengontrolan sumberdaya agar mencapai tujuan secara efektif dan efesien sehingga usaha bisa lebih maju. contohnya misalnya kita sebagai manajer di usaha tersebut harus bisa membuat perencacaan dan pengorganisasian kepada karyawan agar tepat waktu dalam menyelesaikan tugas dan juga kita bisa mengatur pengeluaran dan pendapatan suatu usaha agar berjalan secara seimbang dan usaha menjadi berkembang,dan kita juga harus bisa mengatur waktu agar usaha kita bisa berkembang pesat contohnya, perusahaan kita mendapatkan pesanan dan diminta mengantarnya dan sampai pada jam sekian kalau kita tidak bisa memanage waktu dan akhirnya pesanan tersebut terlambat maka pelanggan itu akan kecewa dan akhirnya tidak mempercayai perusahaan itu lagi bahkan karena keterlambatan itu barang tersebut dikembalikan dan tidak jadi dibeli hal tersebut akan membuat perusahaan tersebut rugi, sebaliknya bila kita dapat memanage waktu dengan baik maka pesanan tersebut tepat waktu ke konsumen dan konsumen pun merasa puas atas pelayanan perusahaan itu dan juga bisa menjadi pelanggan tetap bahkan bisa juga mempromosikan perusaan itu kepada konsumen lain karena pelayanan yang memuaskan.maka dari itu penerapan manajemen pada dunia usaha sangat penting.

PENUTUP

Demikian materi yang saya ketahui ...
jadi ilmu manajement sangat berguna di dunia usaha / kerja dengan mempelajari nya kita dapat mengetahui bagaimana cara mengatur orang . mengorganisasi suatu perusahaan sehingga mengurangi resiko kesalahan maupun ke gagalan

DAFTAR PUSTAKA
www.google.com

Kamis, 30 September 2010

Perkembangan Ilmu Manajement

Sejarah Ilmu Manajement

 BAB 1 Pendahuluan
                        Ilmu manajement merupakan Ilmu tentang ilmu social / manusia yang
yang pada hakekat nya  manusia dalam kehidupan sehari hari tidak bias terlepas dari prinsip manajemen, baik langsung maupun tidak langsung, baik di sadari maupun tidak di sadari. Ilmu manajemen ilmu yang muncul sekitar abad 20 di benua eropa barat dan America, di mana Negara tersebut sedang mengalami revelosi industri.Yaitu pengelolan  produksi yang efektidf dan efisien, hal itu di sebabkan karena masyarat semakin maju dan kebutuhan manusai semakin beraneka ragam.

   BAB 2 Isi

                Sejarah Ilmu Manajemen

Manajemen

Kata Manajemen berasal dari bahasa Prancis kuno ménagement, yang memiliki arti seni melaksanakan dan mengatur. Manajemen belum memiliki definisi yang mapan dan diterima secara universal. Mary Parker Follet, misalnya, mendefinisikan manajemen sebagai seni menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain. Definisi ini berarti bahwa seorang manajer bertugas mengatur dan mengarahkan orang lain untuk mencapai tujuan organisasi. Ricky W. Griffin mendefinisikan manajemen sebagai sebuah proses perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian, dan pengontrolan sumber daya untuk mencapai sasaran (goals) secara efektif dan efesien. Efektif berarti bahwa tujuan dapat dicapai sesuai dengan perencanaan, sementara efisien berarti bahwa tugas yang ada dilaksanakan secara benar, terorganisir, dan sesuai dengan jadwal.
Manajer adalah seseorang yang bekerja melalui orang lain dengan mengoordinasikan kegiatan-kegiatan mereka guna mencapai sasaran organisasi.

Sejarah

Banyak kesulitan yang terjadi dalam melacak sejarah manajemen. Namun diketahui bahwa ilmu manajemen telah ada sejak ribuan tahun yang lalu. Hal ini dibuktikan dengan adanya piramida di Mesir. Piramida tersebut dibangun oleh lebih dari 100.000 orang selama 20 tahun.[1] Piramida Giza tak akan berhasil dibangun jika tidak ada seseorang—tanpa mempedulikan apa sebutan untuk manajer ketika itu—yang merencanakan apa yang harus dilakukan, mengorganisir manusia serta bahan bakunya, memimpin dan mengarahkan para pekerja, dan menegakkan pengendalian tertentu guna menjamin bahwa segala sesuatunya dikerjakan sesuai rencana.
Piramida di Mesir. Pembangunan piramida ini tak mungkin terlaksana tanpa adanya seseorang yang merencanakan, mengorganisasikan dan menggerakan para pekerja, dan mengontrol pembangunannya.
Piramida di Mesir. Pembangunan piramida ini tak mungkin terlaksana tanpa adanya seseorang yang merencanakan, mengorganisasikan dan menggerakan para pekerja, dan mengontrol pembangunannya.
Praktik-praktik manajemen lainnya dapat disaksikan selama tahun 1400-an di kota Venesia, Italia, yang ketika itu menjadi pusat perekonomian dan perdagangan di sana. Penduduk Venesia mengembangkan bentuk awal perusahaan bisnis dan melakukan banyak kegiatan yang lazim terjadi di organisasi modern saat ini. Sebagai contoh, di gudang senjata Venesia, kapal perang diluncurkan sepanjang kanal dan pada tiap-tiap perhentian, bahan baku dan tali layar ditambahkan ke kapal tersebut. Hal ini mirip dengan model lini perakitan (assembly line) yang dikembangkan oleh Hanry Ford untuk merakit mobil-mobilnya. Selain lini perakitan tersebut, orang Venesia memiliki sistem penyimpanan dan pergudangan untuk memantau isinya, manajemen sumber daya manusia untuk mengelola angkatan kerja, dan sistem akuntansi untuk melacak pendapatan dan biaya.[2]
Sebelum abad ke-20, terjadi dua peristiwa penting dalam ilmu manajemen. Peristiwa pertama terjadi pada tahun 1776, ketika Adam Smith menerbitkan sebuah doktrin ekonomi klasik, The Wealth of Nation. Dalam bukunya itu, ia mengemukakan keunggulan ekonomis yang akan diperoleh organisasi dari pembagian kerja (division of labor), yaitu perincian pekerjaan ke dalam tugas-tugas yang spesifik dan berulang. Dengan menggunakan industri pabrik peniti sebagai contoh, Smith mengatakan bahwa dengan sepuluh orang—masing-masing melakukan pekerjaan khusus—perusahaan peniti dapat menghasilkan kurang lebih 48.000 peniti dalam sehari. Akan tetapi, jika setiap orang bekerja sendiri menyelesaikan tiap-tiap bagian pekerjaan, sudah sangat hebat bila mereka mampu menghasilkan sepuluh peniti sehari. Smith menyimpulkan bahwa pembagian kerja dapat meningkatkan produktivitas dengan (1) meningkatnya keterampilan dan kecekatan tiap-tiap pekerja, (2) menghemat waktu yang terbuang dalam pergantian tugas, dan (3) menciptakan mesin dan penemuan lain yang dapat menghemat tenaga kerja.
Peristiwa penting kedua yang mempengaruhi perkembangan ilmu manajemen adalah Revolusi Industri di Inggris. Revolusi Industri menandai dimulainya penggunaan mesin, menggantikan tenaga manusia, yang berakibat pada pindahnya kegiatan produksi dari rumah-rumah menuju tempat khusus yang disebut pabrik. Perpindahan ini mengakibatkan manajer-manajer ketika itu membutuhkan teori yang dapat membantu mereka meramalkan permintaan, memastikan cukupnya persediaan bahan baku, memberikan tugas kepada bawahan, mengarahkan kegiatan sehari-hari, dan lain-lain, sehingga ilmu manajamen mulai dikembangkan oleh para ahli.
Di awal abad ke-20, seorang industriawan Perancis bernama Henry Fayol mengajukan gagasan lima fungsi utama manajemen: merancang, mengorganisasi, memerintah, mengoordinasi, dan mengendalikan. Gagasan Fayol itu kemudian mulai digunakan sebagai kerangka kerja buku ajar ilmu manajemen pada pertengahan tahun 1950, dan terus berlangsung hingga sekarang.
Sumbangan penting lainnya datang dari ahli sosilogi Jerman Max Weber. Weber menggambarkan suatu tipe ideal organisasi yang disebut sebagai birokrasi—bentuk organisasi yang dicirikan oleh pembagian kerja, hierarki yang didefinisikan dengan jelas, peraturan dan ketetapan yang rinci, dan sejumlah hubungan yang impersonal. Namun, Weber menyadari bahwa bentuk “birokrasi yang ideal” itu tidak ada dalam realita. Dia menggambarkan tipe organisasi tersebut dengan maksud menjadikannya sebagai landasan untuk berteori tentang bagaimana pekerjaan dapat dilakukan dalam kelompok besar. Teorinya tersebut menjadi contoh desain struktural bagi banyak organisasi besar sekarang ini.[3]
Perkembangan selanjutnya terjadi pada tahun 1940-an ketika Patrick Blackett melahirlkan ilmu riset operasi, yang merupakan kombinasi dari teori statistika dengan teori mikroekonomi. Riset operasi, sering dikenal dengan “Sains Manajemen”, mencoba pendekatan sains untuk menyelesaikan masalah dalam manajemen, khususnya di bidang logistik dan operasi. Pada tahun 1946, Peter F. Drucker—sering disebut sebagai Bapak Ilmu Manajemen—menerbitkan salah satu buku paling awal tentang manajemen terapan: “Konsep Korporasi” (Concept of the Corporation). Buku ini muncul atas ide Alfred Sloan (chairman dari General Motors) yang menugaskan penelitian tentang organisasi.

 

 

 

 

 

Teori manajemen

Manajemen ilmiah

Frederick Winslow Taylor.
Frederick Winslow Taylor.
Manajemen ilmiah, atau dalam bahasa Inggris disebut scientific management, pertama kali dipopulerkan oleh Frederick Winslow Taylor dalam bukunya yang berjudul Principles of Scientific Management pada tahun 1911. Dalam bukunya itu, Taylor mendeskripsikan manajemen ilmiah adalah “penggunaan metode ilmiah untuk menentukan cara terbaik dalam menyelesaikan suatu pekerjaan.” Beberapa penulis seperti Stephen Robbins menganggap tahun terbitnya buku ini sebagai tahun lahirya teori manajemen modern.
Ide tentang penggunaan metode ilmiah muncul ketika Taylor merasa kurang puas dengan ketidakefesienan pekerja di perusahaannya. Ketidakefesienan itu muncul karena mereka menggunakan berbagai macam teknik yang berbeda untuk pekerjaan yang sama—nyaris tak ada standar kerja di sana. Selain itu, para pekerja cenderung menganggap gampang pekerjaannya. Taylor berpendapat bahwa hasil dari para pekerja itu hanyalah sepertiga dari yang seharusnya. Taylor kemudian, selama 20 tahun, berusaha keras mengoreksi keadaan tersebut dengan menerapkan metode ilmiah untuk menemukan sebuah “teknik paling baik” dalam menyelesaikan tiap-tiap pekerjaan.
Berdasarkan pengalamannya itu, Taylor membuat sebuah pedoman yang jelas tentang cara meningkatkan efesiensi produksi. Pedoman tersebut adalah:
  1. Kembangkanlah suatu ilmu bagi tiap-tiap unsur pekerjaan seseorang, yang akan menggantikan metode lama yang bersifat untung-untungan.
  2. Secara ilmiah, pilihlah dan kemudian latihlah, ajarilah, atau kembangkanlah pekerja tersebut.
  3. Bekerja samalah secara sungguh-sungguh dengan para pekerja untu menjamin bahwa semua pekerjaan dilaksanakan sesuai dengan prinsip-prinsip ilmu yang telah dikembangkan tadi.
  4. Bagilah pekerjaan dan tanggung jawab secara hampir merata antara manajemen dan para pekerja. Manajemen mengambil alih semua pekerjaan yang lebih sesuai baginya daripada bagi para pekerja.
Pedoman ini mengubah drastis pola pikir manajemen ketika itu. Jika sebelumnya pekerja memilih sendiri pekerjaan mereka dan melatih diri semampu mereka, Taylor mengusulkan manajemenlah yang harus memilihkan pekerjaan dan melatihnya. Manajemen juga disarankan untuk mengambil alih pekerjaan yang tidak sesuai dengan pekerja, terutama bagian perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, dan pengontrolan. Hal ini berbeda dengan pemikiran sebelumnya di mana pekerjalah yang melakukan tugas tersebut.
Manajemen ilmiah kemudian dikembangkan lebih jauh oleh pasangan suami-istri Frank dan Lillian Gilbreth. Keduanya tertarik dengan ide Taylor setelah mendengarkan ceramahnya pada sebuah pertemuan profesional.
Keluarga Gilbreth berhasil menciptakan mikronometer yang dapat mencatat setiap gerakan yang dilakukan oleh pekerja dan lamanya waktu yang dihabiskan untuk melakukan setiap gerakan tersebut. Gerakan yang sia-sia yang luput dari pengamatan mata telanjang dapat diidentifikasi dengan alat ini, untuk kemudian dihilangkan. Keluarga Gilbreth juga menyusun skema klasifikasi untuk memberi nama tujuh belas gerakan tangan dasar (seperti mencari, menggenggam, memegang) yang mereka sebut Therbligs (dari nama keluarga mereka, Gilbreth, yang dieja terbalik dengan huruf th tetap). Skema tersebut memungkinkan keluarga Gilbreth menganalisis cara yang lebih tepat dari unsur-unsur setiap gerakan tangan pekerja.
Skema itu mereka dapatkan dari pengamatan mereka terhadap cara penyusunan batu bata. Sebelumnya, Frank yang bekerja sebagai kontraktor bangunan menemukan bahwa seorang pekerja melakukan 18 gerakan untuk memasang batu bata untuk eksterior dan 18 gerakan juga untuk interior. Melalui penelitian, ia menghilangkan gerakan-gerakan yang tidak perlu sehingga gerakan yang diperlukan untuk memasang batu bata eksterior berkurang dari 18 gerakan menjadi 5 gerakan. Sementara untuk batu bata interior, ia mengurangi secara drastis dari 18 gerakan hingga menjadi 2 gerakan saja. Dengan menggunakan teknik-teknik Gilbreth, tukang baku dapat lebih produktif dan berkurang kelelahannya di penghujung hari.

Teori administrasi umum

Teori administrasi umum atau, dalam bahasa Inggris, general theory of administration, adalah teori umum mengenai apa yang dilakukan oleh para manajer dan bagaimana cara membentuk praktik manajemen yang baik. Sumbangan penting untuk teori ini datang dari industrialis Perancis Henri Fayol dengan 14 prinsip manajemen-nya dan sosiolog Jerman Max Weber dengan konsep birokrasi—bentuk organisasi yang dicirikan oleh pembagian kerja, hierarki yang didefinisikande dengan jelas, peraturan dan ketetapan rinci, dan sejumlah hubungan impersonal.

Pendekatan kuantitatif

Pendekatan kuantitatif adalah penggunaan sejumlah teknik kuantitatif—seperti statistik, model optimasi, model informasi, atau simulasi komputer—untuk membantu manajemen dalam mengambil keputusan. Sebagai contoh, pemrograman linear digunakan para manajer untuk membantu mengambil kebijakan pengalokasian sumber daya; analisis jalur krisis (Critical Path Analysis) dapat digunakan untuk membuat penjadwalan kerja yang lebih efesien; model kuantitas pesanan ekonomi (economic order quantity model) membantu manajer menentukan tingkat persediaan optimum; dan lain-lain.
Pengembangan kuantitatif muncul dari pengembangan solusi matematika dan statistik terhadap masalah militer selama Perang Dunia II. Setelah perang berakhir, teknik-teknik matematika dan statistika yang digunakan untuk memecahkan persoalan-persoalan militer itu diterapkan di sektor bisnis. Pelopornya adalah sekelompok perwira militer yang dijuluki “Whiz Kids.” Para perwira yang bergabung dengan Ford Motor Company pada pertengahan 1940-an ini menggunakan metode statistik dan model kuantitatif untuk memperbaiki pengambilan keputusan di Ford.

Kajian Hawthorne

Kajian Hawthrone adalah serangkaian kajian yang dilakukan pada tahun 1920-an hingga 1930-an. Kajian ini awalnya bertujuan mempelajari pengaruh berbagai macam tingkat penerangan lampu terhadap produktivitas kerja. Kajian dilakukan di Western Electric Company Works di Cicero, Illenois.
Uji coba dilaksanakan dengan membagi karyawan ke dalam dua kelompok, yaitu kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Kelompok eksperimen dikenai berbagai macam intensitas penerangan sementara kelompok kontrol bekerja di bawah intensitas penerangan yang tetap. Para peneliti mengharapkan adanya perbedaan jika intensitas cahaya diubah. Namun, mereka mendapatkan hasil yang mengejutkan: baik tingkat cahaya itu dinaikan maupun diturunkan, output pekerja meningkat daripada biasanya. Para peneliti tidak dapat menjelaskan apa yang mereka saksikan, mereka hanya dapat menyimpulkan bahwa intensitas penerangan tidak berhubungan langsung dengan produktivitas kelompok dan “sesuatu yang lain pasti” telah menyebabkan hasil itu.
Pada tahun 1927, Profesor Elton Mayo dari Harvard beserta rekan-rekannya diundang untuk bergabung dalam kajian ini. Mereka kemudian melanjutkan penelitian tentang produktivitas kerja dengan cara-cara yang lain, misalnya dengan mendesain ulang jabatan, mengubah lamanya jam kerja dan hari kerja alam seminggu, memperkenalkan periode istirahat, dan menyusun rancangan upah individu dan rancangan upah kelompok. Penelitian ini mengindikasikan bahwa ternyata insentif-insentif di atas lebih sedikit pengaruhnya terhadap output pekerja dibandingkan dengan tekanan kelompok, penerimaan kelompok, serta rasa aman yang menyertainya. Peneliti menyimpulkan bahwa norma-norma sosial atau standar kelompok merupakan penentu utama perilaku kerja individu.
Kalangan akademisi umumnya sepakat bahwa Kajian Hawthrone ini memberi dampak dramatis terhadap arah keyakinan manajemen terhadap peran perlikau manusia dalam organisasi. Mayo menyimpulkan bahwa:
  • perilaku dan sentimen memiliki kaitan yang sangat erat
  • pengaruh kelompok sangat besar dampaknya pada perilaku individu
  • standar kelompok menentukan hasil kerja masing-masing karyawan
  • uang tidak begitu menjadi faktor penentu output bila dibandingkan dengan standar kelompok, sentimen kelompok, dan rasa aman.
Kesimpulan-kesimpulan itu berakibat pada penekanan baru terhadap faktor perilaku manusia sebagai penentu berfungsi atau tidaknya organisasi, dan pencapaian sasaran organisasi tersebut.

Fungsi manajemen

Fungsi manajemen adalah elemen-elemen dasar yang akan selalu ada dan melekat di dalam proses manajemen yang akan dijadikan acuan oleh manajer dalam melaksanakan kegiatan untuk mencapai tujuan. Fungsi manajemen pertama kali diperkenalkan oleh seorang industrialis Perancis bernama Henry Fayol pada awal abad ke-20. Ketika itu, ia menyebutkan lima fungsi manajemen, yaitu merancang, mengorganisir, memerintah, mengordinasi, dan mengendalikan. Namun saat ini, kelima fungsi tersebut telah diringkas menjadi empat, yaitu perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian.
Perencanaan adalah memikirkan apa yang akan dikerjakan dengan sumber yang dimiliki. Perencanaan dilakukan untuk menentukan tujuan perusahaan secara keseluruhan dan cara terbaik untuk memenuhi tujuan itu. Manajer mengevaluasi berbagai rencana alternatif sebelum mengambil tindakan dan kemudian melihat apakah rencana yang dipilih cocok dan dapat digunakan untuk memenuhi tujuan perusahaan. Perencanaan merupakan proses terpenting dari semua fungsi manajemen karena tanpa perencanaan, fungsi-fungsi lainnya tak dapat berjalan.
Fungsi kedua adalah pengorganisasian atau organizing. Pengorganisasian dilakukan dengan tujuan membagi suatu kegiatan besar menjadi kegiatan-kegiatan yang lebih kecil. Pengorganisasian mempermudah manajer dalam melakukan pengawasan dan menentukan orang yang dibutuhkan untuk melaksanakan tugas-tugas yang telah dibagi-bagi tersebut. Pengorganisasian dapat dilakukan dengan cara menentukan tugas apa yang harus dikerjakan, siapa yang harus mengerjakannya, bagaimana tugas-tugas tersebut dikelompokkan, siapa yang bertanggung jawab atas tugas tersebut, pada tingkatan mana keputusan harus diambil.
Pengarahan atau directing adalah suatu tindakan untuk mengusahakan agar semua anggota kelompok berusaha untuk mencapai sasaran sesuai dengan perencanaan manajerial dan usaha-usaha organisasi. Jadi actuating artinya adalah menggerakkan orang-orang agar mau bekerja dengan sendirinya atau penuh kesadaran secara bersama-sama untuk mencapai tujuan yang dikehendaki secara efektif. Dalam hal ini yang dibutuhkan adalah kepemimpinan (leadership).
Pengevaluasian atau evaluating dalah proses pengawasan dan pengendalian performa perusahaan untuk memastikan bahwa jalannya perusahaan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. Seorang manajer dituntut untuk menemukan masalah yang ada dalam operasional perusahaan, kemudian memecahkannya sebelum masalah itu menjadi semakin besar.

Tingkatan manajer

Piramida jumlah karyawan pada organisasi dengan struktur tradisional, berdasarkan tingkatannya.
Piramida jumlah karyawan pada organisasi dengan struktur tradisional, berdasarkan tingkatannya.
Pada organisasi berstruktur tradisional, manajer sering dikelompokan menjadi manajer puncak, manajer tingkat menengah, dan manajer lini pertama (biasanya digambarkan dengan bentuk piramida, di mana jumlah karyawan lebih besar di bagian bawah daripada di puncak). manejemen lini pertama (first-line management), dikenal pula dengan istilah manajemen operasional, merupakan manajemen tingkatan paling rendah yang bertugas memimpin dan mengawasi karyawan non-manajerial yang terlibat dalam proses produksi. Mereka sering disebut penyelia (supervisor), manajer shift, manajer area, manajer kantor, manajer departemen, atau bahkan mandor (foreman). Satu tingkat di atasnya adalah middle management atau manajemen tingkat menengah. Manajer menengah mencakup semua manajemen yang berada di antara manajer lini pertama dan manajemen puncak dan bertugas sebagai penghubung antara keduanya. Jabatan yang termasuk manajer menengah di antaranya kepala bagian, pemimpin proyek, manajer pabrik, atau manajer divisi. Di bagian puncak pimpinan organisasi terdapat manajemen puncak yang sering disebut dengan executive officer atau top management. Bertugas merencanakan kegiatan dan strategi perusahaan secara umum dan mengarahkan jalannya perusahaan. Contoh top manajemen adalah CEO (chief executive officer) dan CFO (chief financial officer)
Meskipun demikian, tidak semua organisasi dapat menyelesaikan pekerjaannya dengan menggunakan bentuk piramida tradisional ini. Misalnya pada organisasi yang lebih fleksibel dan sederhana, dengan pekerjaan yang dilakukan oleh tim karyawan yang selalu berubah, berpindah dari satu proyek ke proyek lainnya sesuai dengan dengan permintaan pekerjaan.

Peran manajer

Henry Mintzberg, seorang ahli riset ilmu manajemen, mengemukakan bahwa ada sepuluh peran yang dimainkan oleh manajer di tempat kerjanya. Ia kemudian mengelompokan kesepuluh peran itu ke dalam tiga kelompok, yaitu peran antarpribadi, peran informasional, dan peran pengambilan keputusan. Peran antarpribadi adalah peran yang melibatkan orang dan kewajiban lain, yang bersifat seremonial dan simbolis. Tiga peran antarpribadi itu meliputi peran sebagai figur untuk anak buah, pemimpin, dan penghubung. Peran informasional meliputi peran manajer sebagai pemantau dan penyebar informasi, serta peran sebagai juru bicara. Peran ketiga yaitu peran pengambil keputusan. Yang termasuk dalam kelompok ini adalah peran sebagai seorang wirausahawan, pemecah masalah, pembagi sumber daya, dan perunding. Mintzberg kemudian menyimpulkan bahwa secara garis besar, aktivitas yang dilakukan oleh manajer adalah berinteraksi dengan orang lain.

Keterampilan manajer

Gambar ini menunjukan keterampilan yang dibutuhkan manajer pada setiap tingkatannya.
Gambar ini menunjukan keterampilan yang dibutuhkan manajer pada setiap tingkatannya.
Robert L. Katz pada tahun 1970-an mengemukakan bahwa setiap manajer membutuhkan minimal tiga keterampilan dasar. Keterampilan pertama adalah keterampilan konseptual (conceptional skill). Manajer tingkat atas (top manager) harus memiliki keterampilan untuk membuat konsep, ide, dan gagasan demi kemajuan organisasi. Gagasan atau ide serta konsep tersebut kemudian haruslah dijabarkan menjadi suatu rencana kegiatan untuk mewujudkan gagasan atau konsepnya itu. Proses penjabaran ide menjadi suatu rencana kerja yang kongkret itu biasanya disebut sebagai proses perencanaan atau planning. Oleh karena itu, keterampilan konsepsional juga meruipakan keterampilan untuk membuat rencana kerja. Selain kemampuan konsepsional, manajer juga perlu dilengkapi dengan keterampilan berkomunikasi atau keterampilan berhubungan dengan orang lain, yang disebut juga keterampilan kemanusiaan (humanity skill). Komunikasi yang persuasif harus selalu diciptakan oleh manajer terhadap bawahan yang dipimpinnya. Dengan komunikasi yang persuasif, bersahabat, dan kebapakan akan membuat karyawan merasa dihargai dan kemudian mereka akan bersikap terbuka kepada atasan. Keterampilan berkomunikasi diperlukan, baik pada tingkatan manajemen atas, menengah, maupun bawah. Keterampilan ketiga adalah keterampilan teknis yang pada umumnya merupakan bekal bagi manajer pada tingkat yang lebih rendah. Keterampilan teknis ini merupakan kemampuan untuk menjalankan suatu pekerjaan tertentu, misalnya menggunakan program komputer, memperbaiki mesin, membuat kursi, akuntansi dan lain-lain.
Selain tiga keterampilan dasar di atas, Ricky W. Griffin dalam bukunya Business 8th Edition menambahkan dua keterampilan dasar yang perlu dimiliki manajer, yaitu keterampilan manajemen waktu dan keterampilan membuat keputusan.
Kemampuan manajemen waktu merujuk pada kemampuan seorang manajer untuk menggunakan waktu yang dimilikinya secara bijaksana. Griffin mengajukan contoh kasus Lew Frankfort dari Coach. Pada tahun 2004, sebagai manajer, Frankfort digaji $2.000.000 per tahun. Jika diasumsikan bahwa ia bekerja selama 50 jam per minggu dengan waktu cuti 2 minggu, maka gaji Frankfort setiap jamnya adalah $800 per jam—sekitar $13 per menit. Dari sana dapat kita lihat bahwa setiap menit yang terbuang akan sangat merugikan perusahaan. Kebanyakan manajer, tentu saja, memiliki gaji yang jauh lebih kecil dari Frankfort. Namun demikian, waktu yang mereka miliki tetap merupakan aset berharga, dan menyianyiakannya berarti membuang-buang uang dan mengurangi produktivitas perusahaan.
Keterapilan kedua, yaitu keterampilan membuat keputusan, adalah kemampuan untuk mendefinisikan masalah dan menentukan cara terbaik dalam memecahkannya. Kemampuan membuat keputusan adalah yang paling utama bagi seorang manajer, terutama bagi kelompok manajer atas (top manager). Griffin mengajukan tiga langkah dalam pembuatan keputusan. Pertama, seorang manajer harus mendefinisikan masalah dan mencari berbagai alternatif yang dapat diambil untuk menyelesaikannya. Kedua, manajer harus mengevaluasi setiap alternatif yang ada dan memilih sebuah alternatif yang dianggap paling baik. Dan terakhir, manajer harus mengimplementasikan alternatif yang telah ia pilih serta mengawasi dan mengevaluasinya agar tetap berada di jalur yang benar. (Griffin:2006)

Sarana manajemen

Man dan machine, dua sarana manajemen.
Man dan machine, dua sarana manajemen.
Untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan diperlukan alat-alat sarana (tools). Tools merupakan syarat suatu usaha untuk mencapai hasil yang ditetapkan. Tools tersebut dikenal dengan 6M, yaitu men, money, materials, machines, method, dan markets.
Man merujuk pada sumber daya manusia yang dimiliki oleh organisasi. Dalam manajemen, faktor manusia adalah yang paling menentukan. Manusia yang membuat tujuan dan manusia pula yang melakukan proses untuk mencapai tujuan. Tanpa ada manusia tidak ada proses kerja, sebab pada dasarnya manusia adalah makhluk kerja. Oleh karena itu, manajemen timbul karena adanya orang-orang yang berkerja sama untuk mencapai tujuan.
Money atau Uang merupakan salah satu unsur yang tidak dapat diabaikan. Uang merupakan alat tukar dan alat pengukur nilai. Besar-kecilnya hasil kegiatan dapat diukur dari jumlah uang yang beredar dalam perusahaan. Oleh karena itu uang merupakan alat (tools) yang penting untuk mencapai tujuan karena segala sesuatu harus diperhitungkan secara rasional. Hal ini akan berhubungan dengan berapa uang yang harus disediakan untuk membiayai gaji tenaga kerja, alat-alat yang dibutuhkan dan harus dibeli serta berapa hasil yang akan dicapai dari suatu organisasi.
Material terdiri dari bahan setengah jadi (raw material) dan bahan jadi. Dalam dunia usaha untuk mencapai hasil yang lebih baik, selain manusia yang ahli dalam bidangnya juga harus dapat menggunakan bahan/materi-materi sebagai salah satu sarana. Sebab materi dan manusia tidaki dapat dipisahkan, tanpa materi tidak akan tercapai hasil yang dikehendaki.
Machine atau Mesin digunakan untuk memberi kemudahan atau menghasilkan keuntungan yang lebih besar serta menciptakan efesiensi kerja.
Metode adalah suatu tata cara kerja yang memperlancar jalannya pekerjaan manajer. Sebuah metode daat dinyatakan sebagai penetapan cara pelaksanaan kerja suatu tugas dengan memberikan berbagai pertimbangan-pertimbangan kepada sasaran, fasilitas-fasilitas yang tersedia dan penggunaan waktu, serta uang dan kegiatan usaha. Perlu diingat meskipun metode baik, sedangkan orang yang melaksanakannya tidak mengerti atau tidak mempunyai pengalaman maka hasilnya tidak akan memuaskan. Dengan demikian, peranan utama dalam manajemen tetap manusianya sendiri.
Market atau pasar adalah tempat di mana organisasi menyebarluaskan (memasarkan) produknya. Memasarkan produk sudah barang tentu sangat penting sebab bila barang yang diproduksi tidak laku, maka proses produksi barang akan berhenti. Artinya, proses kerja tidak akan berlangsung. Oleh sebab itu, penguasaan pasar dalam arti menyebarkan hasil produksi merupakan faktor menentukan dalam perusahaan. Agar pasar dapat dikuasai maka kualitas dan harga barang harus sesuai dengan selera konsumen dan daya beli (kemampuan) konsumen.

Prinsip manajemen

Prinsip dapat didefinisikan sebagai suatu pernyataan fundamental atau kebenaran umum yang merupakan sebuah pedoman untuk berpikir atau bertindak. Dalam hubungannya dengan manajemen, prinsip-prinsip bersifat fleksibel dalam arti bahwa perlu di pertimbangkan sesuai dengan kondisi-kondisi khusus dan situasi-sitauasi yang berubah. Prinsip manajemen ini disusun oleh Henry Fayol, seorang industrialis Perancis.
Prinsip-prinsip umum manajemen (general principle of management) teridiri dari:
  • Pembagian kerja (Division of work)
Pembagian kerja harus disesuaikan dengan kemampuan dan keahlian sehingga pelaksanaan kerja berjalan efektif. Oleh karena itu, dalam penempatan karyawan harus menggunakan prinsip the right man in the right place. Pembagian kerja harus rasional/objektif, bukan emosional subyektif yang didasarkan atas dasar like and dislike.
Dengan adanya prinsip the right man in the right place akan memberikan jaminan terhadap kestabilan, kelancaran dan efesiensi kerja. Pembagian kerja yang baik merupakan kunci bagi penyelengaraan kerja. kecerobohan dalam pembagian kerja akan berpengaruh kurang baik dan mungkin menimbulkan kegagalan dalam penyelenggaraan pekerjaan, oleh karena itu, seorang manajer yang berpengalaman akan menempatkan pembagian kerja sebagai prinsip utama yang akan menjadi titik tolak bagi prinsip-prinsip lainnya.
  • Wewenang dan tanggung jawab (Authority and responsibility)
Setiap karyawan dilengkapi dengan wewenang untuk melakukan pekerjaan dan setiap wewenang melekat atau diikuti pertanggungjawaban. Wewenang dan tanggung jawab harus seimbang. Setiap pekerjaan harus dapat memberikan pertanggungjawaban yang sesuai dengan wewenang. Oleh karena itu, makin kecil wewenang makin kecil pula pertanggungjawaban demikian pula sebaliknya.
Tanggung jawab terbesar terletak pada manajer puncak. Kegagalan suatu usaha bukan terletak pada karyawan, tetapi terletak pada puncak pimpinannya karena yang mempunyai wewemang terbesar adalah manajer puncak. oleh karena itu, apabila manajer puncak tidak mempunyai keahlian dan kepemimpinan, maka wewenang yang ada padanya merupakan bumerang.
  • Disiplin (Discipline)
Disiplin merupakan perasaan taat dan patuh terhadap pekerjaan yang menjadi tanggung jawab. Disiplin ini berhubungan erat dengan wewenang. Apabila wewenang tidak berjalan dengan semestinya, maka disiplin akan hilang. Oleh karena ini, pemegang wewenang harus dapat menanamkan disiplin terhadap disrinya sendiri sehingga mempunyai tanggung jawab terhadap pekerajaan sesuai dengan weweanng yang ada padanya.
  • Kesatuan perintah (Unity of command)
Dalam melakasanakan pekerjaan, karyawan harus memperhatikan prinsip kesatuan perintah sehingga pelaksanaan kerja dapat dijalankan dengan baik. Karyawan harus tahu kepada siapa ia harus bertanggung jawab sesui dengan wewenang yang diperolehnya. Perintah yang datang dari manajer lain kepada serorang karyawan akan merusak jalannya wewenang dan tanggung jawab serta pembagian kerja.
  • Kesatuan pengarahan (Unity of direction)
Dalam melaksanakan tugas-tugas dan tanggung jawabnya, karyawan perlu diarahkan menuju sasarannya. Kesatuan pengarahan bertalian erat dengan pembagian kerja. Kesatuan pengarahan tergantung pula terhadap kesatuan perintah. Dalam pelaksanaan kerja bisa saja terjadi adanya dua perintah sehingga menimbulkan arah yang berlawanan. Oleh karena itu, perlu alur yang jelas dari mana karyawan mendapat wewenang untuk pmelaksanakan pekerjaan dan kepada siapa ia harus mengetahui batas wewenang dan tanggung jawabnya agar tidak terjadi kesalahan. Pelaksanaan kesatuan pengarahan (unity of directiion) tidak dapat terlepas dari pembaguan kerja, wewenang dan tanggung jawab, disiplin, serta kesatuan perintah.
  • Mengutamakan kepentingan organisasi di atas kepentingan sendiri
Setiap karyawan harus mengabdikan kepentingan sendiri kepada kepentingan organisasi. Hal semacam itu merupakan suatu syarat yang sangat penting agar setiap kegiatan berjalan dengan loancar sehingga tujuan dapat tercapai dengan baik
Setian karyawan dapat mengabdikan kepentingan pribadi kepada kepentingan organisasi apabila memiliki kesadaran bahwa kepentingan pribadi sebenarnya tergantung kepada berhasil-tidaknya kepentingan organisasi. Prinsip pengabdian kepentingan pribadi kepada kepentingan orgabisasi dapat terwujud, apanila setiap karyawan merasa senang dalam bekerja sehingga memiliki disiplin yang tinggi.
  • Penggajian pegawai
Gaji atau upah bagi karyawan merupakan kompensasi yang menentukan terwujudnya kelancaran dalam bekerja. Karyawan yang diliputi perasaan cemas dan kekurangan akan sulit berkonsentrasi terhadap tugas dan kewajibannya sehingga dapat mengakibatkan ketidaksempurnaan dalam bekerja. Oleh karena itu, dalam prinsip penggajian haris dipikirkan bagaimana agar karyawan dapat bekerja dengan tenang. Sistem penggajian harus diperhitungkan agar menimbuulkan kedisiplinan dan kegairahan kerja sehingga karyawan berkompetisi untuk membuat prestasi yang lebih besar. Prinsip more pay for more prestige (upaya lebih untuk prestasi lebih), dan prinsip upah sama untuk prestasi yang sama perlu diterapkan sebab apabila ada perbedaan akan menimbulkan kelesuan dalam bekerja dan mungkin akan menimbulkan tindakan tidak disiplin.
  • Pemusatan (Centralization)
Pemusatan wewenang akan menimbulkan pemusatan tanggung jawab dalam suatu kegiatan. Tanggung jawab terakhir terletak ada orang yang memegang wewenang tertinggi atau manajer puncak. Pemusatan bukan berarti adanya kekuasaan untuk menggunakan wewenang, melainkan untuk menghindari kesimpangsiurang wewenang dan tanggung jawab. Pemusatan wewenang ini juga tidak menghilangkan asas pelimpahan wewenang (delegation of authority)
  • Hirarki (tingkatan)
Pembagian kerja menimbulkan adanya atasan dan bawahan. Bila pembagian kerja ini mencakup area yang cukup luas akan menimbulkan hirarki. Hirarki diukur dari wewenang terbesar yang berada pada manajer puncak dan seterusnya berurutan ke bawah. dengan adanya hirarki ini, maka setiap karyawan akan mengetahui kepada siapa ia harus bertanggung jawab dan dari siapa ia mendapat perintah.
  • Ketertiban (Order)
Ketertiban dalam melaksanakan pekerjaan merupakan syarat utama karena pada dasarnya tidak ada orang yang bisa bekerja dalam keadaan kacau atau tegang. Ketertiban dalam suatu pekerjaan dapat terwujud apabila seluruh karyawan, baik atasan maupun bawahan mempunyai disiplin yang tinggi. Oleh karena itu, ketertiban dan disiplin sangat dibutuhkan dalam mencapai tujuan.
  • Keadilan dan kejujuran
Keadilan dan kejujuran merupakan salah satu syarat untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Keadilan dan kejujuran terkait dengan moral karyawan dan tidak dapat dipisahkan. Keadilan dan kejujuran harus ditegakkan mulai dari atasan karena atasan memiliki wewenang yang paling besar. Manajer yang adil dan jujur akan menggunakan wewenangnya dengan sebaik-baiknya untuk melakukan keadilan dan kejujuran pada bawahannya.
  • Stabilitas kondisi karyawan
Dalam setiap kegiatan kestabilan karyawan harus dijaga sebaik-baiknya agar segala pekerjaan berjalan dengan lancar. Kestabilan karyawan terwujud karena adanya disiplin kerja yang baik dan adanya ketertiban dalam kegiatan.
Manusia sebagai makhluk sosial yang berbudaya memiliki keinginan, perasaan dan pikiran. Apabila keinginannya tidak terpenuhi, perasaan tertekan dan pikiran yang kacau akan menimbulkan goncangan dalam bekerja.
  • Prakarsa (Inisiative)
Prakarsa timbul dari dalam diri seseorang yang menggunakan daya pikir. Prakarsa menimbulkan kehendak untuk mewujudkan suatu yang berguna bagi penyelesaian pekerjaan dengan sebaik-beiknya. Jadi dalam prakarsa terhimpun kehendak, perasaan, pikiran, keahlian dan pengalaman seseorang. Oleh karena itu, setiap prakarsa yang datang dari karyawan harus dihargai. Prakarsa (inisiatif) mengandung arti menghargai orang lain, karena itu hakikatnya manusia butuh penghargaan. Setiap penolakan terhadap prakarsa karyawan merupakan salah satu langkah untuk menolak gairah kerja. Oleh karena itu, seorang manajer yang bijak akan menerima dengan senang hari prakarsa-prakarsa yang dilahirkan karyawannya.
  • Semangat kesatuan, semangat korps
Setiap karyawan harus memiliki rasa kesatuan, yaitu rasa senasib sepenanggyungan sehingga menimbulkan semangat kerja sama yang baik. semangat kesatuan akan lahir apabila setiap karyawan mempunyai kesadaran bahwa setiap karyawan berarti bagi karyawan lain dan karyawan lain sangat dibutuhkan oleh dirinya. Manajer yang memiliki kepemimpinan akan mampu melahirkan semangat kesatuan (esprit de corp), sedangkan manajer yang suka memaksa dengan cara-cara yang kasar akan melahirkan friction de corp (perpecahan dalam korp) dan membawa bencana.

Etika manajerial

Etika manajerial adalah standar prilaku yang memandu manajer dalam pekerjaan mereka. Ricky W. Griffin dalam bukunya yang berjudul Business mengklasifikasikan etika manajerial ke dalam tiga kategori:
  • Perilaku terhadap karyawan
Kategori ini meliputi aspek perekrutan, pemecatan, kondisi upah dan kerja, serta privasi dan respek. Pedoman etis dan hukum mengemukakan bahwa keputusan perekrutan dan pemecatan harus didasarkan hanya pada kemampuan untuk melakukan pekerjaan. Perilaku yang secara umum dianggap tidak etis dalam kategori ini misalnya mengurangi upah pekerja karena tahu pekerja itu tidak bisa mengeluh lantaran takut kehilangan pekerjaannya.
  • Perilaku terhadap organisasi
Permasalahan etika juga terjadi dalam hubungan pekerja dengan organisasinya. masalah yang terjadi terutama menyangkut tentang kejujuran, konflik kepentingan, dan kerahasiaan. Masalah kejujuran yang sering terjadi di antaranya menggelembungkan anggaran atau mencuri barang milik perusahaan. Konflik kepentingan terjadi ketika seorang individu melakukan tindakan untuk menguntungkan diri sendiri, namun merugikan atasannya. Misalnya, menerima suap Sementara itu, masalah pelanggaran etika yang berhubungan dengan kerahasiaan di antaranya menjual atau membocorkan rahasia perusahaan kepada pihak lain.
  • Perilaku terhadap agen ekonomi lainnya
Seorang manajer juga harus menjalankan etika ketika berhubungan dengan agen-agen ekonomi lain—seperti pelanggan, pesaing, pemegang saham, pemasok, distributor, dan serikat buruh.

Bidang manajemen


Penutup
      Jadi manajemen adalah ilmu tetang kehidupan manusia  manajemen dapat di artikan perencanaan, pengorganisasian , pengelmpokan, pengawasan dll.

Dasar Pustaka